BIKIN NANGIS..!!Dari Kecil Aku Tahu Kakakku "Anak Pungut"! Tapi Begitu Kubaca "Surat Wasiat" Ayah, Hatiku Bagai Ditusuk Jarum!
Namaku Mahmud. Sejak kecil aku sudah tidak punya ibu. Ibu tenggelam demi menyelamatkanku yang terjatuh ke dalam sungai. Sejak itu aku cuma punya ayah seorang. Aku punya satu kakak angkat lagi, namanya Kasih. Aku tidak suka padanya karena dia bukan anak ayah dan ibu.
Ayahku orangnya serius, tegas, tapi sayang sama aku. Dari kecil sampai besar, tak pernah sekalipun ayah memarahiku. Apa yang baru, apa yang enak, semuanya dikasih ke aku. Sisanya baru dikasih ke kakak angkatku. Waktu kecil aku sering rebutan mainan sama kakakku, tapi yang diberi pelajaran selalu saja kakakku seorang.
Waktu aku umur 7 tahun, aku dipukul kakakku sampai nangis gara-gara aku gak kasih dia makan permen pembelian ayah. Pas ayah tahu, ayah pukul dia kuat-kuat terus bawa dia ke kamar, berapa lama gak keluar. Sejak hari itu, kakakku seperti orang yang berbeda. Dia jadi penurut, gak pernah berantem atau rebutan lagi sama aku. Apapun selalu ngalah sama aku. Aku pikir, mungkin ayah sudah kasih tahu dia kalau dia anak angkat.
Ayahku cuma jualan sarapan pakai gerobak. Biasanya dia sibuk, uang yang dihasilkan juga tidak banyak. Hidup kita boleh dibilang cukup susah. Apalagi setelah aku dan kakakku tumbuh besar. Biaya hidup semakin tinggi. Ayah makin tidak sanggup. Akhirnya kakakku berhenti sekolah dengan sukarela dan pergi bekerja untuk cari uang menanggung biaya keluarga. Padahal sebenarnya nilai kakak di sekolah lebih bagus daripada aku.
Tiba saatnya aku masuk perguruan tinggi, ayah sangat senang. Walau kondisi tubuhnya semakin memburuk, ia tetap bangun pagi-pagi cari uang untuk membiayai sekolahku. Habis lulus, aku kerja ke luar kota.
Suatu hari, kakakku telepon. Dia bilang ayah masuk rumah sakit, otaknya pendarahan, suruh aku cepat datang. Ketika aku sampai di rumah sakit, ayah sudah pergi. Kakakku duduk di samping menangis dan berkata bahwa sebelum pergi, ayah terus memanggil namaku.
Setelah selesai pemakaman ayah, aku bilang sama kakak, sekarang ayah sudah tidak ada, sebagai kakak angkat, dia boleh tidak usah lagi tinggal di rumah ini, kalau ingin pergi ke mana, pergilah. Habis aku ngomong begitu, kakak cuma terdiam, tidak ngomong sepatah kata pun. Dia mengemasi barang-barangnya dan membawa foto ayah lalu pergi.
Setelah dia pergi, aku tidak sabar membuka kotak yang ayahku sembunyikan. Waktu masih hidup, ayah tidak pernah membiarkan aku dan kakak menyentuh kotak itu. Kami tidak tahu apa yang ayah sembunyikan. Ketika kubuka, ada buku tabungan di dalamnya. Nominalnya tidak sedikit. 240 juta.
Di bawah buku tabungan itu, aku menemukan sepucuk surat. Begitu kubaca, aku terkejut.
"Mahmud, ketika kamu melihat surat ini, berarti ayah sudah pergi. Ada beberapa hal yang harus ayah sampaikan. Sebenarnya, kamu bukan anak kandung ayah. Kakak angkatmu baru anak kandung ayah. Waktu kamu kecil, yang jatuh ke dalam sungai bukan kamu tapi kakakmu. Kakakmu diselamatkan oleh ayah kandungmu. Ketika ayah kandungmu balik mau menyelamatkan ibumu, mereka berdua sama-sama tenggelam. Kamu adalah anaknya. Karena mau berterima kasih pada ayahmu, ayah pun mengangkatmu sebagai anak. Nama kamu Mahmud. Nama kakakmu Kasih. Jika digabungkan jadi makasih, sebagai bentuk rasa terima kasih ayah kepada ayahmu.
Ketika kamu umur 7 tahun, kakakmu tahu semua ini. Dia anak yang baik. Dia diam-diam menjagamu dan bekerja demi kamu sebagai rasa terima kasihnya. Ayah harap kamu tidak menyalahkan kakakmu. Ayah harap uang dalam tabungan ini kalian berdua bisa bagi rata. Ini adalah uang yang berhasil Ayah simpan selama ini. Kalau surat ini kalian baca bersama, Ayah sangat senang. Tapi kalau cuma kamu sendiri yang baca, Ayah sama kakak mengerti. Tapi Ayah harap, kakakmu masih orang yang terdekat denganmu."
Nasibmu pahit dibesarkan di keluarga ini. Semoga hidupmu lancar. Selamat tinggal, anakku!"
Setelah membaca surat ayah, aku menangis dan menampar diriku sendiri. Aku langsung keluar rumah kejar kakak tapi kakak sudah pergi jauh.
Aku kembali rumah, menyimpan kembali surat dan tabungan itu ke dalam kotak. Tidak peduli ke mana pun harus cari, aku bertekad untuk menemukan kakak. Dia adalah orang satu-satunya yang terdekat denganku, juga titipan ayah. Tidak peduli sampai ke mana pun, aku pasti akan menemukannya dan kita akan hidup bersama selamanya!
SUMBER : https://www.pastiseru.com
Komentar
Posting Komentar